Direktur: Sebuah Film Mampu Gambarkan Kebhinnekaan Bangsa

Direktur Sejarah, Triana Wulandari memberikan sambutan, sekaligus arahan pada pembukaan Workshop Perekaman Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah (LKAS) Tahun 2017 untuk wilayah Indonesia Timur, di Ibis Styles Hotel, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (19/5/2017) malam

Sulsel, BM – Memaknai arti penting kebhinnekaan bangsa. Salah satunya dilakukan dengan memahami keberagaman dari berbagai daerah di Indonesia, sehingga tak hanya ketahui melalui buku-buku, tetapi juga bisa melalui film.

“Keberagaman bisa dilihat melalui sebuah film, misalnya terkait keberadaan kain-kain khas Indonesia, ada kain batik, songket, ulos, dan tapis, ” ujar  Direktur Sejarah, Triana Wulandari saat membuka Workshop Perekaman Lomba Kreasi Audiovisual Sejarah (LKAS) Tahun 2017 di Ibis Styles Hotel, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (19/5/2017) malam.

LKAS ini, kata Triana, digelar bagi pelajar tingkat SMA/SMK/MA dan sederajat untuk wilayah Indonesia Timur, seperti Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, serta Papua Barat).

“Terasa sekali keberagaman, terutama saat membaca salah satu judul sinopsis film yang dikirimkan oleh siwa dari SMAN 1 Susut Kab. Bangli, Bali, “Eksistensi Akulturasi Hindu-Islam Pura Langgar Wujud Kebhinekaan Indonesia, ” katanya.

Lebih jauh Triana menjelaskan, peserta yang hadir merupakan tim terbaik dan berhasil lolos seleksi serta menyisihkan 356 calon peserta lainnya dengan mengirimkan judul sinopsis film mereka.

“Dari berbagai judul sinopsis film yang dikirimkan ke Jakarta, saya menaruh perhatian dan merasa generasi muda kita memiliki kebanggaan sangat tinggi terhadap arti penting dari kebhinekaan, ” ucapnya.

Melalui adanya film sejarah dari berbagai daerah, maka pengetahuan sejarah lokal bisa diketahui, dipahami dan dimengerti oleh para siswa.

“Para siswa bisa menjelaskan sejarah lokal dari daerahnya ke daerah lain melalui film.  Sebab, tidak mungkin siswa dari daerah lain mengetahui sejarah lokal dari luar daerahnya sendiri, ” tandasnya.

Selain itu, Direktorat Sejarah memiliki program bantuan fasilitasi bagi guru sejarah untuk menulis buku sejarah di daerahnya. Dari buku yang ditulis tersebut, nantinya bisa dibaca dan dipelajari oleh para siswa.

“Kami menyiapkan bantuan, berupa fasilitasi bagi guru sejarah untuk menulis buku sejarah lokalnya, sehingga buku tersebut bisa dibaca dan dipelajari oleh para sisiwanya, ” pungkasnya.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *