Kediri, BM – Kepedulian sosial tidak lantas harus terjadwal jauh-jauh hari atau tersusun dalam suatu agenda dan ini dilakukan Persit Kartika Chandra Kirana (KCK) Kodim Kediri dengan menyerahkan bantuan sosial kepada keluarga berstatus ekonomi kebawah yang ada di Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jumat (2/11/2018).
Tercatat ada 24 Kepala Keluarga menerima bantuan sosial berupa pakaian, mie instant, beras, gula, telor dan minyak goreng. Bantuan sosial ini sendiri tidak terlepas dari agenda renovasi RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) yang notabene masuk dalam program TMMD yang masih berlangsung hingga saat ini.
Ketua Persit KCK Kodim Kediri, Ny. Winda Dwi Agung Sutrisno sangat antusias menaiki dan menuruni jalanan berbatu dan agak berdebu, lantaran jalan pedesaan disini masih belum tersentuh aspal ataupun beton semen. Kondisi ini bisa dimaklumi, hal ini dikarenakan Desa Blimbing berlokasi di lereng Gunung Wilis dan geografisnya sangat menantang.
“Cukup lumayan capek, tapi untung rumah yang kita tuju banyak satu arah dan lokasinya banyak berkumpul dalam satu RT, tidak terlalu menyebar. Kalau dihitung-hitung, medannya ya sangat berat, dan ini baru pertama kalinya saya lakukan ditempat ini. Menurut saya, jalanan disini cukup ekstrim untuk ukuran ibu-ibu seperti kita-kita ini,” ujarnya.
Kalaupun ada pembangunan jalan, tidak bisa direalisasikan dalam sekejap mata, lantaran kondisi tanah yang kurang bersahabat alias curam naik turun dan sangat akrab dengan jurang maupun tebing. Tidak hanya si pembuat jalan yang harus menghadapi tantangan alam, si pengendara truk pengangkut material bangunan, terpaksa harus menghadapi jalanan berliku naik turun di desa ini.
Tidak semua jalan bisa ditempuh kendaraan roda empat, bahkan tidak sedikit yang tidak bisa dilalui kendaraan roda dua. Walaupun harus jalan kaki ke tempat tujuan rumah-rumah warga yang tercatat sebagai penerima bantuan sosial, ibu-ibu yang tergabung dalam Persit KCK Kodim Kediri tetap nekad menantang jalanan pedesaan dilereng Gunung Wilis ini.
“Ini sangat bagus untuk kita, kita bisa merasakan kondisi sebagian warga pedesaan di lereng Gunung Wilis. Jadi, kita tidak saja tahu jalanan di perkotaan saja, jalanan di pedesaan yang seperti ini, kita bisa merasakannya,” katanya.
Sore hari, matahari masih sedikit garang dan eksis dengan sinarnya. Seakan menguber waktu yang terus berjalan, ibu-ibu yang masuk kategori emak-emak ini tak mau kalah dengan pergerakan matahari yang semain menjauh. Bisa dimaklumi, kalau malam hari, situasi di desa ini sudah pasti beda dan mungkin hanya orang asli desa ini yang tahu seluk beluk jalan yang dilaluinya.
Selain menikmati udara sore hari di lereng Gunung Wilis, hutan-hutan yang terhampar luas dan areal persawahan yang miring, sangat terlihat jelas.
Pemandangan yang tak kalah membuat kagum juga berhasil ditangkap, dan pemandangan itu tidak lain nenek-nenek yang bisa dikatakan berusia lanjut menenteng kayu atau rumput dengan bobot yang lumayan berat. Butuh ketahanan fisik yang prima bagi mereka yang sudah berusia lanjut dan pemandangan ini sangat langka dilihat diperkotaan.
Bantuan sosial diberikan satu persatu, senyuman dan wajah ceria mengiringi sambutan dari ibu-ibu yang membawa sesuatu agar dapur mereka tetap mengeluarkan asap. Jabat tangan yang terkadang diiringi doa atau ucapan terima kasih, mewarnai suasana sore hari di lereng Gunung Wilis ini. (dodik)