Jakarta, Beritamerdekaonline.com – Bidang Kaderisasi Nasional Kopri PB PMII bekerja sama dengan Kementerian Komonikasi dan Informatika RI usai gelar Seminar Coaching Clinic Kaderisasi Digital Chapter 2. Acara ini berlangsung pada Minggu (03/10/2021) melalui Zoom Meeting.
Acara yang dipandu oleh Triasih Kartikowati ini dimulai pukul 13.00 WIB dengan jumlah 100 peserta. Adapun tema besar yang digunakan adalah ‘Kopri Cakap Digital, Perempuan Terbebas dari Kekerasan Online’.
Acara ini dimoderatori oleh sahabat Baijuri dengan menghadirkan empat narasumber yang spektakuler, yakni Dr. Nur Rofi’ah, Bil. Uzm selaku Dosen PTIQ Jakarta, Prof. Alimatul Qibtiyah, S. Ag., M. Si., M. A., Ph.D. selaku komisioner komnas perempuan, Muharini Aulia, M. Psi. selaku psikolog, dan sahabat Yepi Sartini selaku Kabid media komunikasi dan informasi.
Sahabat Maya Muizatil Lutfilah selaku Ketua Kopri PB PMII menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan penekanan bagaimana kelanjutan kaderisasi kopri baik formal, informal, maupun nonformal.
“Kader PMII harus melek terhadap media. Kaderisasi tidak boleh diikutsertakan dengan urusan lain karena kaderisasi berbicara mengenai kemajuan organisasi,” tegasnya.
Dalam sambutannya, ia juga menyampaikan bahwa kaderisasi Kopri PB PMII membawa beberapa isu agar mampu berkolaborasi dengan bidang yang lainnya.
Dr. Nur Rofi’ah mengungkapkan bahwa Perempuan cakap namun mindset masyarakat terhadap perempuan hanya sebagai objek seksual maka perempuan masih dalam keadaan berbahaya.
“Mari mengubah cara pandang terhadap laki-laki dan perempuan adalah sebagai manusia dan subjek kehidupan serta memperhatikan perbedaan berdasarkan aspek biologis dan kerentanan social,” tuturnya.
Prof. Alimatul Qibtiyah mengatakan bahwa teknologi ibarat kuda, kemampuan dalam mendeteksi berbagai ancaman sangat penting untuk diketahui.
“Sebagai sesama kita tidak boleh selalu menyalahkan, namun harus selalu menguatkan jika terdapat permasalahan digital,” terangnya.
Muharini Aulia menjelaskan bahwa berbicara mental health tidak hanya tentang penyakit apa yang diderita melainkan bagaimana mampu mengoptimalkan fungsi mental untuk produktif, berinteraksi, dan beradaptasi.
“Pengaruh penggunaan media pada malam hari terhadap kesehatan mental lebih rentan terjadi. Menggunakan sosial media pada malam hari berasosiasi pada kondisi tidur dan tingkat kecemasan,” ujarnya.
Yepi Sartini mengungkapkan bahwa melakukan perlindungan privasi di media sosial adalah sebuah keharusan.
“Cara melindungi privasi media sosial adalah dengan menyeleksi permintaan pertemanan, menggunakan fitur privasi, dan mengganti pasword secara berkala,” jelasnya.
“Pelanggaran privasi akun media sosial makin banyak terjadi, hal ini karena masyarakat belum sepenuhnya sadar terkait pentingnya akun privasi pada media social,” pungkasnya. (tns)