SEMARANG, Beritamerdekaonline.com – Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) mengadakan penelitian di Polda Jateng. Penelitian yang dikemas dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) ini mengundang 35 responden dari internal dan eksternal Polri, bertempat di aula lantai 2 Mapolda Jateng, Jumat (19/11/2021).
Tujuan penelitian ini adalah mempersiapkan lembaga pendidikan agar mampu mencetak anggota polisi yang unggul dan mampu memenuhi tuntutan zaman. Terlebih lagi, dalam menghadapi tantangan bonus demografi pada 2030 mendatang.
Bonus Demografi sendiri adalah suatu kondisi di mana jumlah penduduk produktif atau angkatan kerja (usia 15 – 64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk yang tidak produktif (di bawah 5 tahun dan di atas 64 tahun).
Direktur Program Pascasarjana STIK Lemdiklat Polri Brigjen Pol Bakharuddin Muhammad Syah mengatakan, kebijakan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo melalui program Presisi, juga menekankan pentingnya peningkatan sumber daya manusia di tubuh korps Bhayangkara.
Bakharuddin menjelaskan, lembaga pendidikan Polri yang ada di seluruh Indonesia merupakan obyek untuk mempersiapkan calon anggota polri unggul dan berkualitas serta profesional. Pelatihan dan pendidikan yang dilakukan di lembaga pendidikan Polri menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
Menurutnya, calon-calon anggota polisi itu sejatinya juga berasal dari masyarakat yang terpilih dan bermula dari bibit unggul.
“Pak Satjipto Rahardjo juga mengatakan bahwa polisi yang ideal adalah yang cocok dengan masyarakat, di mana polisi itu bertugas. Sekarang zamannya era 4.0 menuju 5.0, tentunya dari masyarakat digital yang harus diawali oleh sumber daya manusia yang juga harus bisa mengoperasionalkan dari alat-alat digital tersebut. Polri juga mengantisipasi era bonus demografi. Jangan sampai dengan banyaknya masyarakat yang berkualitas dan usia produktif yang luar biasa malah nanti personel Polri menjadi tersisih,” kata Bakharuddin saat diwawancarai usai kegiatan FGD.
Lebih lanjut Bakharuddin menjelaskan, setiap kendala atau persoalan yang ada di tengah masyarakat itu dianalisa dan dipecahkan di lembaga pendidikan. Sehingga, nantinya polisi-polisi yang akan bertugas di lapangan itu mampu menjawab harapan masyarakat dan memenuhi tuntutan zaman.
“Petugas polisi yang mendapat pelatihan atau pembekalan itu, sudah disesuaikan dan relevan dengan tantangan tugas di lapangan,” pungkasnya. (Lim)