YOGYAKARTA, BERITAMERDEKAONLINE.COM – Hal yang baru bagi kita tentang Carbon Pasport, yaitu dokumen digital yang mencatat jejak karbon individu. Jejak karbon adalah jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas individu, seperti perjalanan, konsumsi makanan, dan penggunaan energi. Carbon passport dapat digunakan untuk memantau jejak karbon individu dan mengidentifikasi cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Carbon passport masih merupakan konsep yang relatif baru, tetapi beberapa perusahaan dan organisasi telah mengembangkan prototipe atau pilot project. Salah satu contohnya adalah Intrepid Travel, operator tur yang telah mengembangkan aplikasi carbon passport untuk membantu wisatawan melacak jejak karbon mereka selama perjalanan.
Carbon passport dapat memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Meningkatkan kesadaran individu terhadap jejak karbon mereka
- Mendorong individu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
- Membantu wisatawan membuat pilihan perjalanan yang lebih berkelanjutan
- Mendukung industri pariwisata untuk mengurangi emisinya
Namun, carbon passport juga memiliki beberapa tantangan, antara lain:
- Mengembangkan metodologi yang akurat untuk menghitung jejak karbon individu
- Memastikan bahwa carbon passport mudah digunakan dan diakses oleh semua orang
- Mendorong individu untuk menggunakan carbon passport secara konsisten
Secara keseluruhan, carbon passport memiliki potensi untuk menjadi alat yang efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon.
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan carbon passport:
- Seorang wisatawan dapat menggunakan carbon passport untuk memilih destinasi wisata dan aktivitas yang memiliki jejak karbon rendah.
- Sebuah perusahaan dapat menggunakan carbon passport untuk melacak jejak karbon karyawannya dan mengidentifikasi cara untuk mengurangi emisi dari perjalanan bisnis.
- Pemerintah dapat menggunakan carbon passport untuk mengembangkan kebijakan dan program yang membantu warga negara mengurangi jejak karbon mereka.
Meskipun carbon passport belum diimplementasikan secara luas, konsep ini semakin mendapat perhatian dari berbagai pihak. Diharapkan bahwa carbon passport akan menjadi alat yang semakin penting dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca di masa depan.
Memang sampai saat ini, belum ada pengumuman resmi mengenai implementasi carbon passport di Indonesia atau dunia. Namun, beberapa negara dan organisasi telah menunjukkan minat untuk mengembangkan dan menerapkan carbon passport.
Salah satu contohnya adalah Uni Eropa. Uni Eropa sedang mengembangkan proposal untuk menerapkan carbon passport untuk perjalanan udara. Proposal tersebut akan mengharuskan maskapai penerbangan untuk melacak dan melaporkan jejak karbon penerbangan mereka. Penumpang kemudian akan diberikan carbon allowance yang sesuai dengan jejak karbon penerbangan mereka.
Di Indonesia sendiri , belum ada rencana resmi untuk menerapkan carbon passport. Namun, beberapa pihak telah mengusulkan agar carbon passport dipertimbangkan sebagai salah satu opsi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pariwisata.
Secara keseluruhan, kemungkinan implementasi carbon passport di Indonesia atau dunia masih belum dapat dipastikan. Namun, konsep ini semakin mendapat perhatian dari berbagai pihak dan kemungkinan akan menjadi alat yang semakin penting dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca di masa depan.
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi implementasi carbon passport:
- Kebijakan pemerintah: Pemerintah dapat berperan penting dalam mendorong implementasi carbon passport, misalnya dengan memberikan insentif atau regulasi yang mendukung.
- Kemajuan teknologi: Kemajuan teknologi dapat membantu mengembangkan metodologi yang akurat untuk menghitung jejak karbon individu dan membuat carbon passport lebih mudah digunakan.
- Kesiapan masyarakat: Masyarakat harus siap untuk menggunakan carbon passport dan memahami manfaatnya.
Jika carbon passport dapat diimplementasikan secara efektif, maka dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon.
Penulis: Arya Ariyanto, S.E., M.MPar (Dosen dan Praktisi Usaha)
Ditulis kembali oleh : Redaksi SP