Prof. Salim Said: Pemikir Kritis dan Inspirator Generasi Muda

Prof. Salim Said: Pemikir Kritis dan Inspirator Generasi Muda

JAKARTA, BERITA MERDEKA ONLINE – Prof. Salim Said adalah sosok intelektual yang memiliki keilmuan dan kritisisme yang mendalam, kualitas yang sangat dibutuhkan oleh negara untuk terus bergerak maju. Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, HM. Jusuf Kalla (JK), dalam acara “Doa dan Kenangan Sahabat untuk almarhum Salim Haji Said” yang diadakan di Kampus Universitas Paramadina, Cipayung, Jakarta Timur, pada Selasa, 21 Mei 2024.

Acara ini diadakan berkat kerjasama antara Universitas Paramadina, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Islam Indonesia (UII), dan Institut Peradaban. Acara dimulai dengan pembacaan Al-Qur’an dan Tahlil yang dipimpin oleh Dr. Aan Rukmana. Turut hadir mewakili keluarga adalah putri almarhum, Rohannisa Naja Safitri.

Jusuf Kalla, dalam sambutannya, mengenang Prof. Salim Said sebagai seorang intelektual yang tidak hanya kritis namun juga seniman. “Saya kenal beliau sebagai seniman. Beliau ini lahir di Parepare yang jaraknya 150 km dari Makassar. Kami sering berdiskusi, tentang negara, pertahanan, atau terkadang tentang permasalahan daerah juga,” kenang JK. Menurutnya, seorang intelektual kritis seperti Salim Said sangat diperlukan oleh negara, karena terlalu banyak “yes man” akan membuat negara stagnan.

Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, juga mengenang kedekatannya dengan Prof. Salim Said dan bagaimana pemikiran-pemikiran kritisnya mempengaruhi banyak orang. “Kedekatan ide yang saya renungkan sampai tidur. Pesannya, pemikiran Nurcholish Madjid harus diungkap secara dalam. Perdebatan zaman dulu ‘Islam Yes, Partai Islam No’ membebaskan kita semua masyarakat muslim tidak dipaksakan untuk memilih partai dengan simbol Islam. Pemikiran inilah yang harus dikembangkan. Itulah terakhir yang saya dapatkan dari beliau,” ungkap Didik.

Prof. Salim Said dikenal sebagai intelektual yang berani menyuarakan pendapatnya, tidak hanya dalam ruang akademis tetapi juga di ranah publik. Kritis terhadap kebijakan pemerintah dan isu-isu nasional, Salim Said selalu berusaha menyuarakan kebenaran dan keadilan. Hal ini membuatnya menjadi panutan bagi banyak akademisi dan mahasiswa.

Salah satu kontribusi besar Salim Said adalah pemikirannya tentang pentingnya pemisahan antara agama dan politik dalam konteks modern Indonesia. Melalui berbagai tulisannya, ia menekankan bahwa agama seharusnya menjadi pemandu moral dan spiritual, sementara politik adalah sarana untuk mengelola kehidupan bersama secara adil dan efektif. Pendapat ini sangat relevan mengingat dinamika politik Indonesia yang sering kali melibatkan simbol-simbol agama.

Selain itu, Prof. Salim Said juga dikenal sebagai pengajar yang inspiratif. Banyak muridnya yang merasa terinspirasi oleh cara mengajarnya yang tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan tetapi juga membentuk karakter dan pola pikir kritis. Ia selalu mendorong murid-muridnya untuk berpikir di luar kotak dan berani mempertanyakan status quo.

Acara “Doa dan Kenangan Sahabat untuk almarhum Salim Haji Said” tidak hanya menjadi momen untuk mengenang jasa-jasanya tetapi juga untuk merefleksikan pentingnya intelektualisme kritis dalam pembangunan bangsa. Kehadiran berbagai tokoh dari berbagai universitas menunjukkan betapa luasnya pengaruh Salim Said dalam dunia akademis dan sosial.

Prof. Salim Said juga diingat sebagai seorang yang selalu mengedepankan dialog dan keterbukaan. Dalam banyak kesempatan, ia selalu menekankan pentingnya mendengarkan berbagai pandangan dan berdiskusi secara konstruktif. Sikap inilah yang membuatnya dihormati oleh banyak kalangan, baik dari akademisi, politisi, hingga masyarakat umum.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh JK dan Prof. Didik J. Rachbini dalam acara tersebut menegaskan bahwa warisan pemikiran Prof. Salim Said harus terus dihidupkan. Pemikiran-pemikiran kritis dan keberanian untuk menyuarakan kebenaran adalah hal yang sangat diperlukan dalam konteks perkembangan demokrasi dan masyarakat yang lebih adil.

Acara tersebut diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus mengembangkan pemikiran kritis dan berani menyuarakan pendapat mereka demi kemajuan bangsa. Warisan intelektual Prof. Salim Said adalah aset berharga yang harus terus dijaga dan dikembangkan oleh para akademisi dan pemikir masa kini.

Dengan demikian, kepergian Prof. Salim Said bukanlah akhir dari perjalanan intelektualismenya. Sebaliknya, ini adalah awal dari perjalanan baru bagi generasi muda untuk melanjutkan semangat kritis dan keberanian yang telah ia tunjukkan. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari hidup dan pemikirannya, serta menerapkannya dalam upaya kita membangun bangsa yang lebih baik. (CW01G)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *