Payakumbuh, (Sumbar) Berita Merdeka Online.Com — Sejumlah guru besar Universitas Negeri Padang mantan siswa Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Payakumbuh meminta Pemko Payakumbuh memberikan space (ruang) di komplek balai kota saat ini untuk mendirikan monument, karena di daerah ini pernah ada Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang mengantar mereka jadi guru dan guru besar diberbagai tempat di Indonesia.
Harapan itu diungkapkan Prof.DR.Daharnis.MPd, Prof.DR.Zulhendri Zen.MPd, Prof.DR.Alwen Bentri.MPd dan sejumlah ex guru SPG Negeri Payakumbuh dalam pertemuan alumni yang dihadiri langsung Kadis Pendidikan kota Payakumbuh DR.Dasril.MPd di aula SMP 1 Payakumbuh Senin (5/8).
“Kita sangat berharap Pemko bersedia memberikan sedikit ruang untuk mendirikan monument sebagai tanda di komplex kantor balai kota atau ex lapangan Poliko yang bersebelahan dengan gedung sekolah Pendidikan Guru negeri Payakumbuh,” harap Daharnis dalam kesempatan itu.
Ditambahkan Zulhendri Zen, Monument SPG itu merupakan memory kolektif guru terutama Sekolah Dasar yang tersebar dibebagai daerah, termasuk Payakumbuh Limapukuh Kota, karena sekolah tempat mereka menimba ilmu dulu sudah ditiadakan pemerintah di era 1900 silam.
Keberadaan monument itu sangat penting bagi guru yang pernah belajar di daerah itu dan sekolah itulah yang mengantarkan mereka seperti sekarang dan bahkan mereka saat ini sudah banyak pensiun.
Rostanailis (79) salah seorang ex guru SPG Negeri Payakumbuh memang sangat berharap terwujudnya monument itu, tidak saja sebagai memory kolektif ex siswanya, yang tidak kalah penting komplex kantor balai kota itu pernah berjasa memajukan negara ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dengan bukti lahirnya guru besar dan ribuan guru yang mengantarkan bangsa ini mencapai kemajuannya,” ujarnya berapi-api.
Justru itulah tambah Asri Tarinun ex guru SPG Payakumbuh, perlu dibentuk kepanitiaan yang menjajaki sekalian menghubungi pemerintah kota Payakumbuh, apalagi ex SPG saat ini sudah menjadi komplex pemerintah daerah kota Payakumbuh.
Tentu kita berharap pengertian pemetintah daerah untuk memberikan sedikit ruang mendirikan monument itu, sehingga ex siswa SPG yang lewat komplek balai kota saat ini batinnya tidak lagi menjerit karena ada monument yang menggantikan.
“Kalau kita lewat komplek balai kota saat ini, tidak jarang hati ini berkata, disinilah aku ditempa menjadi guru,” ungkap Amir salah seorang kepala Sekolah Menengah Pertama kota Payakumbuh mengenang masa lalunya. (Fd).