WONOGIRI, Beritamerdekaonline.com – 29 September 2024. Seorang penumpang bernama Suhendar (54), warga Dusun Widoro, Desa Widoro, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, ditemukan meninggal dunia di dalam Bus Agung Sejati saat tiba di Wonogiri, Minggu, 29 September 2024, sekitar pukul 05.20 WIB. Insiden tersebut terjadi di pool Bus Agung Sejati yang berlokasi di Wonokarto, Wonogiri.
Suhendar, seorang karyawan swasta, diketahui memiliki riwayat penyakit asma. Riwayat kesehatannya ini diyakini turut berperan dalam menyebabkan kematiannya. Berdasarkan laporan dari saksi mata dan kru bus, perjalanan Bus Agung Sejati dimulai dari Pasar Kamis, Jakarta, pada Sabtu, 28 September 2024, pukul 16.00 WIB, dengan tujuan Wonogiri.
Kondisi Memburuk Saat Istirahat Sekitar pukul 01.00 WIB, bus berhenti untuk beristirahat di Rumah Makan Lumbung Padi. Pada saat itulah Suhendar tiba-tiba jatuh pingsan. Wahyu Permadi (38), seorang penumpang asal Sragen, segera memberikan pertolongan dengan membawanya ke Puskesmas terdekat di Jl. Gringsing-Batang. Setelah mendapatkan penanganan medis, Suhendar dinyatakan cukup stabil dan diizinkan untuk melanjutkan perjalanan bersama bus.
Namun, saat bus tiba di Wonogiri, tepatnya di pool Bus Agung Sejati pada pukul 05.20 WIB, kondisi Suhendar kembali memburuk. Ketika diperiksa oleh saksi dan kru bus, Suhendar sudah tidak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Wahyu Permadi, yang sebelumnya membantu Suhendar, segera melaporkan kejadian ini ke Polsek Wonogiri Kota.
Diduga Serangan Jantung Tim medis dari Puskesmas Wonogiri II yang diwakili oleh dr. Septi Nurlitasari melakukan pemeriksaan awal pada tubuh korban. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan yang mencurigakan, dan berdasarkan kondisi kesehatan korban yang memiliki riwayat asma, kuat dugaan bahwa Suhendar meninggal dunia akibat serangan jantung. Pihak keluarga korban juga telah mengonfirmasi bahwa Suhendar sering mengalami gangguan kesehatan terkait penyakit asmanya.
Pihak Keluarga Menolak Autopsi Setelah dilakukan visum luar, ditemukan bekas kerokan di bagian dada dan punggung korban. Bekas tersebut diduga merupakan usaha korban atau keluarganya untuk meredakan gejala asmanya sebelum perjalanan dimulai. Mengingat riwayat kesehatan korban dan hasil visum yang tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan, pihak keluarga menyatakan menerima kematian Suhendar sebagai musibah. Mereka pun menandatangani surat pernyataan yang menolak dilakukannya autopsi oleh pihak berwenang. (Kastomo)