Bengkulu, Beritamerdekaonline.com – Bertempat di Palm Ola Bakery and Resto, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Bengkulu menggelar Workshop Kurikulum Sekolah Relawan Humanitarian. Kegiatan ini menjadi langkah awal PKBI Bengkulu untuk membentuk program pelatihan dan pendidikan bagi para relawan muda yang berminat dan berkompeten di bidang tanggap bencana dan kesehatan reproduksi.
PKBI sendiri merupakan lembaga nasional yang fokus pada isu kesehatan reproduksi dan kemanusiaan, khususnya dalam situasi kebencanaan. Di tingkat nasional, PKBI berperan dalam subklaster kesehatan, khususnya dalam klaster kesehatan reproduksi. Sebagai organisasi yang terlibat langsung dalam kondisi darurat, PKBI menyadari kebutuhan mendesak untuk memiliki relawan yang terlatih dalam berbagai aspek kesiapan bencana, dengan pemahaman khusus pada isu kesehatan reproduksi.
Merespon kebutuhan tersebut, PKBI Daerah Bengkulu menginisiasi pembentukan kurikulum sekolah Relawan Humanitarian yang dirancang khusus bagi anak muda dan remaja yang tertarik pada isu-isu kebencanaan serta kesehatan reproduksi. Dengan adanya kurikulum ini, diharapkan akan lahir generasi muda yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menangani situasi bencana tetapi juga mampu menjadi agen perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dr. Syaiful Anwar AB, Su, selaku Ketua Pengurus PKBI Daerah Bengkulu, membuka kegiatan workshop ini dan menyampaikan harapannya agar kurikulum yang dihasilkan dapat mendukung pembentukan relawan muda yang kompeten.
”Workshop ini adalah fondasi penting bagi kurikulum sekolah relawan yang kita rancang, dengan tujuan agar anak-anak muda yang tertarik pada isu kebencanaan dan kesehatan reproduksi bisa mendapatkan pelatihan yang tepat. Kami menargetkan kurikulum ini akan selesai pada akhir 2024 dan sekolah relawan ini dapat berjalan pada tahun 2025,” ujar Dr. Syaiful dalam sambutannya, Kamis (7/11/2024).
Penanggung jawab kegiatan, Antoni, menambahkan bahwa Sekolah Relawan Humanitarian ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi anak-anak muda untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana dan pelayanan kesehatan reproduksi di lapangan.
”Pelatihan ini tidak hanya fokus pada aspek teknis dalam situasi kebencanaan, namun juga melatih peserta untuk siap terjun langsung ketika bencana melanda, sehingga relawan dapat memberikan bantuan yang cepat dan efektif,” sampainya.
Workshop penyusunan kurikulum ini juga menghadirkan dua narasumber dari kalangan akademisi terkemuka di Bengkulu, yaitu Ibu Desy Afrita, AKS, MP, dan Ibu Diyas Widiyarti, MA. Kehadiran mereka diharapkan memberikan perspektif akademis dan praktis dalam penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan. Selain pengurus PKBI, kegiatan ini dihadiri oleh dua puluh peserta yang terdiri dari relawan remaja serta perwakilan eksekutif PKBI Daerah Bengkulu.
PKBI Daerah Bengkulu berharap program ini dapat menarik lebih banyak pemuda yang tertarik dengan dunia kemanusiaan, khususnya di bidang kesehatan reproduksi yang sering kali menjadi tantangan dalam situasi bencana. Dengan pelatihan yang tepat, para relawan ini diharapkan mampu membantu masyarakat terdampak bencana, terutama dalam upaya penyediaan layanan kesehatan reproduksi yang aman dan memadai.
Dengan adanya inisiasi Sekolah Relawan Humanitarian ini, PKBI Daerah Bengkulu tidak hanya menyiapkan generasi muda yang terampil, tetapi juga membangun fondasi kuat dalam bidang kemanusiaan di tingkat lokal. Program ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk membentuk program serupa yang mendukung kesiapsiagaan dan respons cepat dalam situasi darurat di seluruh Indonesia.