SEMARANG, Berita Merdeka Online – Litbang Kompas merilis hasil survei Pilgub Jawa Tengah 2024 yang menunjukkan keunggulan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 01, Andika-Hendi, atas lawannya, pasangan nomor urut 02 Luthfi-Yasin.
Dalam survei yang dilakukan pada 15 – 20 Oktober 2024, paslon Andika-Hendi tercatat meraih elektabilitas sebesar 28,8%, atau unggul tipis 0,7% dari pasangan Luthfi-Yasin yang mencapai 28,1%. Hasil ini memperkuat survei sebelumnya dari SMRC yang juga menunjukkan keunggulan Andika-Hendi dengan selisih 0,6% atas Luthfi-Yasin.
Peneliti Litbang Kompas, Vincentius Gitiyarko, menekankan bahwa tiga minggu menjelang hari pencoblosan pada 27 November 2024 akan menjadi periode krusial bagi kedua pasangan calon.
“Kedua kandidat sama-sama kuat dan menarik perhatian publik. Masyarakat tampak menunggu perkembangan kampanye, terutama undecided voters yang cukup besar, mencapai 43,1%,” ujarnya.
Tingginya undecided voters ini menjadi signifikan, mengingat rata-rata partisipasi pemilih di Jateng pada pemilu-pemilu sebelumnya mencapai 80%, sehingga kedua kandidat masih memiliki kesempatan besar untuk memperkuat dukungan di kalangan pemilih yang belum menetapkan pilihannya.
Andika-Hendi Mendapat Dukungan dari Generasi Muda
Survei Litbang Kompas juga mengungkap bahwa pasangan Andika-Hendi berhasil menarik dukungan kuat dari pemilih muda, terutama generasi Z dan generasi Y.
Pada pemilih Gen Z, pasangan ini unggul dengan elektabilitas mencapai 36,2%, sementara Luthfi-Yasin mendapatkan 25,5%. Di kalangan Gen Y muda, Andika-Hendi juga unggul dengan elektabilitas 30,7% dibandingkan Luthfi-Yasin yang mendapat 28,6%.
Menurut Vincentius, strategi kampanye Andika-Hendi yang aktif di media sosial lebih efektif menarik minat generasi muda.
“Andika-Hendi lebih banyak menggunakan media-media yang akrab di kalangan muda, sementara pasangan Luthfi-Yasin lebih menonjolkan kampanye tradisional, seperti baliho dan spanduk,” jelas Vincentius.
Selain itu, survei menunjukkan bahwa Andika-Hendi berhasil menarik perhatian pemilih dengan tingkat pendidikan menengah ke atas. Vincentius mencatat bahwa materi kampanye mereka lebih sesuai dengan harapan pemilih terdidik, baik dalam gaya artikulasi maupun penyampaiannya dalam debat.
Perbedaan strategi ini, menurut Vincentius, akan terus terlihat dalam sisa masa kampanye, dan kedua pasangan memiliki peluang untuk memperbaiki atau memperkuat pendekatan mereka berdasarkan ceruk pemilih yang ingin dicapai.(day)