Kemah Penulisan Cerpen Berbahasa Rejang dan Bengkulu: Upaya Pelestarian Bahasa Daerah

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Dwi Laily Sukmawati, S.Pd., M.Hum pada kegiatan Kemah Penulisan Cerita Pendek Berbahasa Rejang dan Bengkulu Tunas Bahasa Ibu Provinsi Bengkulu Tahun 2024. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, mulai 24 hingga 27 November 2024, bertempat di Hotel Splash, Kota Bengkulu.

Bengkulu, Beritamerdekaonline.com – Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, di bawah naungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, menggelar kegiatan “Kemah Penulisan Cerita Pendek Berbahasa Rejang dan Bengkulu Tunas Bahasa Ibu Provinsi Bengkulu Tahun 2024”. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, mulai 24 hingga 27 November 2024, bertempat di Hotel Splash, Kota Bengkulu.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Dwi Laily Sukmawati, S.Pd., M.Hum pada kegiatan Kemah Penulisan Cerita Pendek Berbahasa Rejang dan Bengkulu Tunas Bahasa Ibu Provinsi Bengkulu Tahun 2024. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, mulai 24 hingga 27 November 2024, bertempat di Hotel Splash, Kota Bengkulu.

Kemah ini merupakan kelanjutan dari Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Provinsi Bengkulu Tahun 2024 yang diselenggarakan pada 13—15 November 2024. Tujuannya adalah memberikan apresiasi kepada peserta lomba menulis cerita pendek berbahasa daerah dalam rangkaian FTBI. Lebih dari itu, kegiatan ini juga bertujuan menghasilkan “Antologi Cerita Pendek Berbahasa Daerah Bengkulu” sebagai salah satu produk unggulan Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu.

Pembukaan dan Peserta

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Dwi Laily Sukmawati, S.Pd., M.Hum., yang didampingi oleh para narasumber dan tamu undangan. Hadir pula dalam pembukaan acara Ketua KKLP Pemodernan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Ferdiana Angraini, S.S., serta Pendamping RBD Provinsi Bengkulu Tahun 2024 dari Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Tita Nurajeng Miyasari, M.S.

Kemah Penulisan Cerpen ini diikuti oleh 40 peserta yang terdiri atas 30 siswa SMP dan 10 pendamping dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Kegiatan ini juga menjadi tahap akhir dari program “Revitalisasi Bahasa Daerah Bengkulu Tahun 2024”, yang sudah berlangsung sejak tahun sebelumnya.

Pemateri dan Materi yang Disampaikan

Kegiatan ini menghadirkan para narasumber kompeten untuk membekali peserta mengenai teknik dan prinsip penulisan cerita pendek. Berikut adalah daftar narasumber beserta materi yang disampaikan:
1. Dwi Laily Sukmawati, S.Pd., M.Hum. – Kebijakan Bahasa.
2. Maya Pransiska, M.Pd. – Menentukan Topik atau Tema dalam Cerita Pendek.
3. Firmansyah, S.Pd. – Menelaah dan Mengembangkan Teks Cerita Pendek Berdasarkan Struktur dan Kaidah.
4. Darwin Susianto. – Unsur-Unsur Pembangunan Cerita Pendek.

Para peserta dilatih untuk memahami elemen-elemen dasar dalam penulisan cerita pendek, seperti tema, alur, tokoh, dan latar, dengan harapan dapat menghasilkan karya yang tidak hanya kreatif tetapi juga mencerminkan kearifan lokal.

Pentingnya Pelestarian Bahasa Daerah

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu menegaskan bahwa bahasa daerah adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. “Generasi muda adalah kunci utama dalam menjaga keberlanjutan bahasa daerah. Melalui program ini, kami berharap mereka semakin mengenal, mencintai, dan bangga menggunakan bahasa daerah mereka,” ungkap Dwi Laily Sukmawati.

Sebagai bagian dari upaya ini, Kantor Bahasa Bengkulu telah berkomitmen mengadakan kegiatan yang mengedepankan pelestarian bahasa daerah, seperti kemah cerpen dan kemah puisi. “Kegiatan ini tidak hanya membangun kreativitas peserta, tetapi juga membangkitkan rasa bangga terhadap bahasa ibu mereka,” tambahnya.

Harapan ke Depan

Program Revitalisasi Bahasa Daerah yang telah berjalan sejak 2023 diharapkan dapat membuahkan hasil yang signifikan. Dengan semakin banyaknya generasi muda yang terlibat dalam pelestarian bahasa daerah, bahasa Rejang dan Bengkulu diharapkan tetap lestari di tengah arus globalisasi.

“Kami mengundang para tunas bahasa ibu, karena merekalah masa depan pelestarian bahasa daerah,” tutup Dwi Laily. Semoga kegiatan ini mampu menjadi langkah konkret dalam menjaga keberlanjutan bahasa daerah sebagai salah satu identitas budaya bangsa.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *