60 Pengusaha Pertashop di Bengkulu Tutup, HPMPI Desak Pemerintah dan Pertamina Bertindak

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI), Steven.

Jakarta, Beritamerdekaonline.com – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI), Steven, mengungkapkan bahwa sebanyak 60 pengusaha Pertashop di Provinsi Bengkulu telah tutup dari total 200 pengusaha yang sebelumnya beroperasi.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI), Steven.


‎Data tersebut menunjukkan bahwa banyak pengusaha mengalami kesulitan dalam menjalankan bisnis Pertashop, yang seharusnya menjadi solusi distribusi bahan bakar minyak (BBM) di daerah yang belum terjangkau oleh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

‎Steven menegaskan bahwa pihaknya mendesak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pertamina, serta Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk segera mengambil langkah konkret dalam menyelesaikan permasalahan ini.

‎Modal Besar, Tanpa Kepastian Regulasi dan Stok BBM

‎Menurut Steven, para pengusaha Pertashop telah menginvestasikan modal besar, berkisar antara Rp 570 juta hingga Rp 700 juta lebih. Namun, kondisi saat ini membuat mereka kesulitan beroperasi, sehingga banyak yang terpaksa gulung tikar.

‎”Pengusaha Pertashop telah mengeluarkan modal besar, tetapi saat ini belum ada kepastian regulasi yang berpihak kepada mereka. Selain itu, stok BBM di Bengkulu tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan semua pengusaha Pertashop,” ujar Steven, di Kantor DPP HPMPI, Jakarta, Senin (03/2/2025).

‎Padahal, Pertashop merupakan perpanjangan tangan Pertamina dalam mendistribusikan BBM ke daerah-daerah yang belum terjangkau SPBU. Program ini merupakan bagian dari kebijakan One Village One Outlet (OVOO) Pertamina, di mana setiap desa seharusnya memiliki akses mudah terhadap bahan bakar.

‎Namun, dalam praktiknya, banyak pengusaha justru kesulitan mendapatkan pasokan BBM, yang berujung pada penutupan usaha mereka.

‎Desakan ke Pemerintah, Hingga Wacana Temui Presiden

‎HPMPI menegaskan bahwa jika permasalahan ini tidak segera ditangani, pihaknya akan membawa permasalahan ini langsung ke Presiden Prabowo Subianto.

‎”Kami akan langsung menemui Presiden Prabowo Subianto jika tidak ada solusi konkret. Permasalahan ini tidak hanya terjadi di Bengkulu, tetapi juga di provinsi lain. Kami berharap Presiden dapat memberikan perhatian khusus terhadap stok BBM dan kebijakan Pertamina yang saat ini merugikan pengusaha Pertashop,” tegas Steven.

‎Menurutnya, keberadaan Pertashop seharusnya menjadi solusi bagi masyarakat di daerah terpencil yang sulit mendapatkan BBM. Namun, jika tidak ada regulasi yang jelas dan stok BBM terus bermasalah, maka program ini tidak akan berjalan sesuai harapan.

‎Dampak Ekonomi dan Solusi yang Diharapkan

‎Penutupan 60 Pertashop di Bengkulu berdampak pada banyaknya tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan serta terhambatnya akses masyarakat terhadap BBM. Hal ini juga menandakan bahwa program OVOO Pertamina mengalami kendala serius dalam implementasinya.

‎HPMPI berharap pemerintah, Pertamina, dan ESDM segera melakukan langkah-langkah berikut:

‎1. Menjamin ketersediaan stok BBM bagi semua pengusaha Pertashop.

‎2. Membuat regulasi yang berpihak kepada pengusaha Pertashop, agar mereka bisa bertahan dan berkembang.

‎3. Memberikan insentif atau dukungan finansial, mengingat modal yang dikeluarkan sangat besar.

‎Jika permasalahan ini terus berlarut-larut, bukan tidak mungkin jumlah Pertashop yang tutup akan terus bertambah, sehingga program ini kehilangan esensinya dalam membantu masyarakat mendapatkan BBM dengan mudah.

‎HPMPI menegaskan bahwa mereka akan terus memperjuangkan nasib para pengusaha Pertashop di seluruh Indonesia, baik melalui komunikasi dengan pihak terkait maupun dengan membawa langsung permasalahan ini ke tingkat nasional.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *