SPMB Jadikan Generasi Cerdas, Emang Bisa?

Penulis : Suci Arumsari Hidayat (Owner Sukha

Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025 menghadirkan jalur kepemimpinan sebagai bentuk apresiasi terhadap siswa yang aktif berorganisasi. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa jalur prestasi kini mencakup akademik, olahraga, seni, serta kepemimpinan. “Jalur kepemimpinan ini diberikan bagi siswa yang aktif di organisasi sekolah, seperti OSIS,” ujar Mu’ti kepada wartawan di Jakarta Pusat, Kamis (30/1/2025).

Kebijakan ini lahir dari perubahan paradigma pendidikan yang kini lebih menekankan nilai kepemimpinan dan keterampilan sosial dibanding sekadar angka di rapor. Namun, apakah kebijakan ini benar-benar mampu mencetak generasi berprestasi, atau justru membuka celah manipulasi dalam seleksi?

Antara Peluang dan Potensi Penyimpangan

SPMB 2025 membawa harapan baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Dengan sistem ini, siswa tidak hanya dinilai berdasarkan nilai akademik, tetapi juga dari kontribusi nyata dalam organisasi. Namun, muncul kekhawatiran terkait objektivitas penilaian kepemimpinan. Jika tidak ada standar yang jelas dan transparan, dikhawatirkan jalur ini justru dimanfaatkan oleh siswa yang hanya menumpang nama dalam organisasi tanpa kontribusi nyata.

Untuk menjamin keadilan, setiap sekolah perlu memiliki mekanisme seleksi yang ketat dan seragam. Pengelolaan organisasi siswa harus lebih transparan agar seleksi jalur kepemimpinan benar-benar mencerminkan kualitas kepemimpinan yang sesungguhnya.

Tantangan bagi Guru dan Pendidikan Nasional

Di sisi lain, kebijakan ini mendapat reaksi beragam dari tenaga pendidik. Para guru mengeluhkan perubahan kurikulum yang terus menerus terjadi tanpa kesiapan yang matang. “Sekadar mengganti nama tidak akan berarti jika tidak ada perbaikan nyata dalam sarana pendidikan. Apalagi dalam sistem kapitalisme saat ini, celah kecurangan sangat mudah dimanfaatkan,” ujar Juwita Wafa, seorang guru.

Ketimpangan pendidikan di Indonesia juga masih menjadi permasalahan utama. Sekolah unggulan tetap menjadi prioritas bagi mereka yang memiliki akses dan ekonomi lebih baik, sementara sekolah lain tertinggal dalam kualitas pendidikan dan fasilitas.

Islam dan Solusi Pendidikan Berbasis Akidah

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, sistem pendidikan seharusnya berlandaskan nilai-nilai Islam. Dalam pendidikan Islam, akidah menjadi dasar dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepemimpinan berbasis nilai Islam.

Rasulullah saw. bersabda:

الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam sistem pendidikan Islam, negara bertanggung jawab penuh atas pendidikan rakyatnya. Pendidikan tidak boleh dikomersialisasi dan harus tersedia secara merata bagi semua individu. Negara yang menerapkan sistem Islam akan memiliki sumber daya besar untuk menyediakan pendidikan berkualitas secara gratis, tanpa dikotomi antara sekolah unggulan dan sekolah biasa.

Pendidikan Islam tidak hanya menyelesaikan persoalan teknis, tetapi juga merombak paradigma pendidikan secara menyeluruh. Sudah saatnya kita meninggalkan sistem pendidikan sekuler dan beralih pada sistem pendidikan Islam yang benar-benar menyiapkan generasi unggul, cerdas, dan berakhlak.

Penulis : Suci Arumsari Hidayat (Owner Sukha)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *