Kritis Akibat Penyakit Liver Kronis, Warga Brebes Ini Hadapi Kendala Biaya Berobat karena Tunggakan BPJS Mandiri

Kondisi Sony Sukirno warga Desa Kedungoleng Kecamatan Paguyangan Brebes yang menderita liver akut

BREBES, Berita Merdeka Online – Sony Sukirno, warga Dukuh Cilancing Desa Kedungoleng, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, saat ini tengah kritis akibat penyakit liver kronis yang dideritanya.

Selama tiga hari terakhir, kondisi kesehatan Sony semakin memburuk dengan gejala berupa buang air besar (BAB) bercampur darah serta muntah darah.

Kondisi yang memprihatinkan ini semakin diperparah oleh kendala ekonomi yang dihadapi keluarganya.

Sebagai peserta BPJS Mandiri, Sony memiliki tunggakan iuran yang menyebabkan dirinya tidak dapat mengakses layanan kesehatan yang seharusnya dia terima.

Akibatnya, keluarga Sony terpaksa tidak membawa korban ke rumah sakit, meskipun nyawa mereka dalam bahaya.

Kondisi tersebut memicu keprihatinan dari berbagai pihak, termasuk Imam Khambali, seorang aktivis anggota Yayasan Buser Indonesia (YBI) Kabupaten Brebes.

Dengan penuh empati, Imam Khambali segera berupaya mencari solusi untuk membantu keluarga Sony, dengan menghubungi Direktur RSUD Bumiayu.

Kepada media, pada Jumat (7/3/2025), Imam Khambali mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi ini.

Ia mengatakan, karena masalah tunggakan BPJS dan keterbatasan biaya, keluarga pasien tidak dapat segera memberikan perawatan yang dibutuhkan. Ia berharap ada solusi untuk membantu meringankan beban mereka.

“Alhamdulillah sekarang yang bersangkutan sudah berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bumiayu,” jelasnya.

Imam juga menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada RSUD Bumiayu yang meskipun BPJS pasien non aktif karena ada tunggakan dan biaya yang memadai, tetap menerima dan berkomitmen untuk memberikan perawatan terbaik.

Imam Khambali mengucapkan, bahwa kendala keluarga pasien sekarang tidak memiliki kemampuan untuk membayar biaya perawatan, serta ketidakpastian mengenai proses pengaktifan kembali BPJS.

Menurut Imam Khambali, pihaknya sudah berusaha minta bantuan dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

“Kami sudah menghubungi Dinas Sosial, Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, tetapi belum ada solusi terbaik bagi keluarga pasien,” tutur Imam Khambali.

Lebih lanjut Imam Khambali menegaskan, bahwa keluarga pasien sangat jelas tidak mampu untuk menanggung biaya perawatan.

“Keluarga pasien masih berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah atau bantuan dari masyarakat yang peduli untuk membantu meringankan biaya perawatan,” terangnya.

Sony Sukirno penderita liver yang sudah akut sudah berada dalam perawatan di RSUD Bumiayu, Kabupaten Brebes

Sementara itu, Direktur RSUD Bumiayu, dr. Dedi Iskandar Zulkarnain, dalam komunikasi melalui WhatsApp, menyampaikan bahwa pihak rumah sakit tetap menerima pasien tanpa mempersulit proses perawatan.

Dedi menekankan, RSUD Bumiayu berkomitmen untuk memberikan layanan kesehatan terbaik, bahkan bagi pasien yang tidak terdaftar dalam BPJS.

“RSUD Bumiayu selalu berusaha untuk tidak mempersulit siapa pun yang membutuhkan layanan kesehatan, terutama mereka yang tidak mampu,” ungkap Dedi.

Pihak RSUD, lanjutnya, akan selalu memberikan berbagai solusi untuk memastikan pasien tetap bisa mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Selain itu, RSUD Bumiayu juga telah meluncurkan program *“Mobil Antar Jemput Pasien Sehat/Sakit” (MAPS)*, yang menyediakan layanan antar-jemput bagi pasien, yang sudah terintegrasi dengan desa dan Puskesmas.

“Program ini diharapkan dapat mempermudah akses warga yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan medis yang diperlukan,” pungkas Dedi.

Kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya langkah-langkah cepat dan nyata dari pemerintah untuk memastikan bahwa warga miskin tetap mendapatkan hak mereka atas layanan kesehatan yang layak, terutama dalam situasi darurat.

Kondisi ini menjadi bukti nyata bahwa meskipun sistem kesehatan di Indonesia telah berkembang, masih terdapat tantangan besar yang harus dihadapi, terutama terkait dengan masalah biaya dan administrasi.

Pemerintah dan semua pihak terkait diharapkan dapat memberikan solusi konkret untuk memastikan bahwa setiap warga negara, tanpa terkecuali, dapat mengakses layanan kesehatan yang mereka butuhkan, tanpa ada hambatan finansial atau administrasi. (Wawan Bambang AK)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *