BENGKULU, BERITAMERDEKAONLINE.COM – Konferensi dan Kongres Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan se-Indonesia diselenggarakan pada 7-10 November 2023 di Premiere Ballroom Hotel Santika Gubeng, Surabaya.
Pada hari pertama, kegiatan ini dihadiri langsung oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dan Country Representative The Asian Foundation (TAF) Hana A Satriyo. Hadir juga secara daring dari Google Indonesia Government Affairs Team Arianne Santoso.
Rohidin Mersyah menyampaikan bahwa hutan merupakan sumber daya yang bernilai ekonomi tinggi. “Harus dikelola dengan pendekatan yang komprehensif,” terangnya.
Pria yang memakai baju batik berwarna kuning dan kombinasi cokelat itu menyatakan bahwa pihak pemerintahan Provinsi Bengkulu menyambut dengan baik jika ada keterlibatan kaum perempaun dalam pengelolaan hutan.
“Selama ini hutan seolah-olah milik kaum laki-laki, kebanyakan yang meminta izin dan mengelola itu kaum laki-laki, sekarang perempuan sudah ada berinisiatif untuk mendapatkan aspek yang lebih luas,” katanya.
Pola skema kehutanan sosial dianggap bisa menjaga kelestarian hutan dari intervensi masyarakat yang hanya memakai, namun tidak melestarikan dan berujung kepunahan.
Bengkulu mengambil luas lebih dari 40 persen dari total 11 wilayah. “Kalau kita hanya menjaga, kita tidak akan mendapat manfaat ekonomi secara langsung,” terangnya. Ia menjelaskan bahwa berbagai sektor akan terlibat. Seperti sektor wisata dan industri.
Dalam hal pemanfaatan sumber daya hutan, Rohidin Mersyah mengemukakan bahwa pemerintah Provinsi Bengkulu memberikan fasilitas terhadap pengelolaan hutan oleh kaum perempuan.
Fasilitas tersebut diberikan dalam bentuk regulasi pemerintahan. Perhutanan sosial akan dimasukkan ke dalam program prioritas rencana pembangunan jangka Provinsi Bengkulu.
“Kita turunkan dalam regulasi peraturan gubernur, ada peraturan gubernur yang khusus mengatur bagaimana memfasilitasi percepatan perencanaan sosial,” jelasnya.
Acara yang menjadi sesi diskusi terhadap pencarian dan penyelesaian masalah dari masing-masing daerah ini diikuti oleh 140 peserta dari 14 provinsi.
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Riau, Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Selatan, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
Para partisipan terbagi dalam dua golongan berdasarkan usia. Youth Champion untuk peserta berusia di bawah 30 tahun, dan Woman Champion untuk peserta di atas 30 tahun.
Kegiatan terlihat berjalan lancar dengan antusias peserta yang selalu mengajukan pertanyaan pada setiap sesi diskusi. Suasan etnik muncul karena pakaian adat yang dikenakan.
Mereka menceritakan isu sosial tentang permasalahan yang sedang terjadi. Akan menjadi bahan diskusi dan pencarian solusi secara bersama dengan didampingi narasumber yang sudah terpilih dalam bidangnya masing-masing.
Merawat Hutan, Memperkuat Kesetaraan, dan Menjaga Ketahanan Pangan Lokal. Merupakan tema yang dipilih untuk menjadi topik utama pembahasan dalam konferensi dan kongres kali ini.
Giat yang diselenggarakan oleh Gender Focal Point (GFP) yang bekerja sama dengan The Asia Foundation ini berharap konferensi dan kongres kali ini bisa menjadi peningkatan kapasitas generasi muda penjaga hutan untuk terlibat dalam menjaga ketahanan pangan, mengelola hutan dan lingkungan secara berkelanjutan. (Adv)