Catatan Dr. Zacky Antony, M.H.
MODEL komunikasi politik Gubernur Bengkulu Helmi Hasan menarik perhatian publik. Gubernur berusia 46 tahun ini melakukan siaran langsung melalui platform media sosial Tiktok. Live Tiktok Helmi Hasan kini jadi populer. Ditunggu dan diikuti masyarakat.
Antusiasme masyarakat mengikuti live Tiktok Gubernur Helmi Hasan ini terlihat saat adik kandung Menko Pangan Zulkifli Hasan itu melakukan Live TIktok pada 1 Juni 2025 lalu. Ketika itu, Live Tiktok Helmi ditonton 51.700 orang, disukai 245.400 orang dan mendapat 23.900 komentar. Akun tiktok Helmi Hasan sendiri tembus 298.100 followers.
Melalui Live Tiktok tersebut Gubernur Helmi Hasan menyampaikan perkembangan-perkembangan baru seputar rencana pembangunan, program dan kebijakan pemerintah. Misalnya terkait rencana program jalan mulus di Provinsi Bengkulu. Pemprov telah mengalokasikan Rp 600 miliar dana APBD 2025 untuk merealisasikan pembangunan jalan di 10 kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu. Total anggaran ini disebut terbesar dalam sejarah Provinsi Bengkulu.
Info-info pembangunan yang dibuka ke publik, membuat masyarakat bisa memantau dan mengawasi pelaksanaannya. Model komunikasi seperti ini tergolong baru. Terlebih lagi, saat siaran langsung tersebut, Gubernur akan meminta kepala dinas terkait untuk tampil apabila muncul pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat yang bersifat teknis. Sebab, Gubernur bicara pada level kebijakan saja.
Gubernur Helmi Hasan memang dikenal suka hal-hal yang bersifat out of the box. Dia suka melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain. Ada kesamaan dalam dunia jurnalistik yang mengejar nilai ekslusif dan berbeda. Satu peristiwa memunculkan angle yang berbeda untuk dijadikan berita. Mencari angle paling menarik dari satu peristiwa akan sangat tergantung pada pengalaman dan insting jurnalistik seseorang.
Helmi bukan Gubernur satu-satunya yang menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi juga sangat populer di media sosial Tiktok. Semua orang se Jawa Barat bisa tahu apa yang dikerjakan KDM —-panggilan akrab Kang Dedi Mulyadi— dari hari ke hari dengan cara menjadi followernya.
Helmi Hasan membuat terobosan pola komunikasi politik lewat live Tiktok. Pola komunikasi terbuka seperti ini tentu ada kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model komunikasi seperti ini adalah Gubernur bisa mengetahui permasalahan masyarakat secara langsung. Dan langsung memberi solusi.
Hal ini terbukti dalam Live Tiktok Helmi Hasan tanggal 1 Juni lalu. Saat itu, ada pesan masuk di kolom komentar terkait keluhan lampu lampu taman di Taman Nusa Indah Kota Bengkulu padam. Gubernur langsung menginstruksikan Kepala Dinas PU untuk mengatasinya. Bukan besok. Tapi Gubernur minta malam itu juga agar dicek.
Selama ini, sudah lazim diketahui bahwa kepala daerah terbiasa menerima laporan dari anak buah secara berjenjang. Pola komunikasi seperti ini birokratis sekali. Dan rawan manipulasi. Sebab, Gubernur tidak menerima laporan langsung dari bawah. Penyakit birokrasi kita sejak berpuluh-puluh tahun adalah penyakit ABS (Asal Bapak Senang).
Melalui Live Tiktok, pejabat Pemprov kini tidak bisa lagi membuat laporan ABS. Inbox Gubernur Helmi Hasan sudah penuh dengan keluhan. Mulai pungutan uang perpisahan, uang komite, masalah ijazah, BPJS gratis, jalan rusak, lampu jalan padam, reward untuk atlet berprestasi, potongan zakat profesi 2,5 persen, kenaikan pajak kendaraan, proses pengerukan alur pelabuhan dll.
Kelemahan komunikasi politik terbuka ala Helmi Hasan adalah saluran siaran langsung tersebut bisa menjadi ruang caci maki. Dari 23.900 komentar saat live TIktok tanggal 1 Juni lalu misalnya, tidak sedikit yang nyinyir dan protes. Ada juga yang nyindir cuma omon-omon. Ya itulah konsekuensi dari sebuah komunikasi politik. Suka dan tidak suka adalah hal lumrah.
Helmi sendiri tampaknya tidak begitu ambil peduli dengan segala caci maki. Dia sadar sekali sekarang era sudah terbuka. Siapa saja bisa ngomong apa saja. Ibarat kata pepatah, semakin tinggi naik sebatang pohon, semakin kencang angin berhembus. Kritikan adalah obat. Pujian bisa jadi racun.
Terkait live Tiktok tadi, banyak pula kritikan dan saran yang masuk untuk Helmi Hasan. Misalnya, ada masukan agar frekewensi bermedia sosialnya dikurangi. Ada pula kritikan bahwa semua itu cuma pencitraan.
Terlepas dari saran dan kritikan di atas, yang pasti model komunikasi politik Gubernur Helmi Hasan lewat Live Tiktok menurut saya positif untuk membuka sekat-sekat birokrasi. Tinggal lagi diatur frekwensinya. Misal 1 bulan sekali. Jangan Pilkada saja yang langsung. Setelah Pilkada, komunikasi politik antara pemimpin dan rakyat juga harus langsung. Transparansi akan tercipta apabila komunikasi terbuka. Sebaliknya, korupsi dan kolusi akan lahir dari sesuatu yang tertutup.
Secara teori, Gubernur Helmi Hasan sedang menerapkan formula komunikasi Harold Laswell. Bahwa komunikasi didefinisikan who say what to whom in which channel and what effect. Helmi memanfaatkan teknologi untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Memakai platform media sosial Tiktok sebagai channel. Dan menimbulkan efek besar terutama bagi iklim dan perilaku birokrasi yang selama ini cenderung tertutup. (*)