Bengkulu, Berita Merdeka Online – Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Bengkulu, Victor Antonius Saragih Sidabutar, memimpin diskusi sejarah mendalam tentang Edward Coles, tokoh penting Inggris di masa kolonial yang pernah menjabat sebagai Gubernur Fort Marlborough. Acara ini dihadiri sejumlah tokoh masyarakat Bengkulu, termasuk Kepala Pusat Data dan Arsip (Pusda) Provinsi Bengkulu, Meri Sasdi.
Diskusi ini sekaligus mengungkap hubungan garis keturunan Edward Coles dengan Jaksa Agung Muda Intelijen Kejagung RI, Reda Manthovani, yang beberapa waktu lalu dianugerahi gelar adat “Datuk Payung Negara”, gelar kehormatan tertinggi Melayu Bengkulu sebagai keturunan ke-7 Raja Selebar.
Tokoh masyarakat Arius dalam diskusi tersebut menyampaikan, Edward Coles memiliki identitas unik yang berbeda dengan tokoh kolonial lain seperti Braham. “Coles secara tegas menyatakan dirinya tidak memiliki darah Inggris,” ujar Arius.
Edward Coles pertama kali ditugaskan di Fort Marlborough sebagai Faktor pada 7 November 1759, dan terus menanjak kariernya menjadi Sub-Sekretaris, Sub-Bendahara, hingga Sekretaris. Puncak kariernya terjadi saat menjabat Residen di Lais tahun 1766 hingga 1772.
Ia terlibat aktif dalam proyek kolonial Balambangan (1772–1775), meski berakhir gagal. Setelah kembali ke Fort Marlborough, Coles melanjutkan perjalanan ke Eropa, dan kembali lagi ke Sumatra Barat tahun 1778 sebagai anggota Dewan Ketiga.
Pada 14 Oktober 1781, Coles dilantik sebagai Gubernur Fort Marlborough hingga 28 Februari 1785. Ia sempat kembali ke Inggris, namun kembali lagi ke Sumatra pada awal 1790-an. Catatan menunjukkan keberadaan Coles di Bengkulu pada Februari 1791, dan perannya kembali menonjol saat Inggris merebut pemukiman Belanda di Padang.
Antara 1802 hingga 1807, Coles menjabat Kepala di Padang sebelum diberhentikan oleh Residen Thomas Parr akibat konflik dengan penguasa lokal. Perseteruan itu memuncak dengan pembunuhan Parr pada Desember 1807, di mana Coles diduga terlibat. Ia wafat di Bengkulu pada 23 Desember 1810 dalam usia 74 tahun.
Diskusi yang dipimpin Kajati Bengkulu ini mendapat dukungan penuh dari Kepala Pusda Bengkulu, Meri Sasdi. Ia menyebut kegiatan ini penting dalam membuka kembali tabir sejarah tokoh yang selama ini terlupakan. “Diskusi ini langkah awal yang baik. Ke depan, akan lebih baik jika sejarah Edward Coles dibukukan agar bisa dipelajari generasi mendatang,” kata Meri.
Kegiatan diskusi ini menjadi bagian penting dalam pelestarian sejarah lokal yang selama ini hanya tersimpan dalam dokumen-dokumen lama. Dengan keterlibatan Kejati dan tokoh masyarakat, Bengkulu kembali membuka lembaran sejarah penting warisan kolonial yang berkelindan dengan identitas lokal.***
Editor: Yaap