banner 1028x90

Cetak Generasi Handal di Batas Negeri, Tumbuhkan Minat Baca Anak melalui Perpustakaan Apung

Foto : Letkol Inf Eko Bintara Saktiawan, sangat peduli dengan anak-anak di Kawasan Perbatasan. (hery priyantono)

SINTANG, Beritamerdekaonline.com – Ancaman pengaruh dampak media sosial dengan penggunaan android bagi anak-anak, menjadi tugas berat bangsa ini. Kemudahan berinteraksi melalui dunia maya makin merajelela di kalangan anak-anak kita. Terlebih, di Masa Pandemi Covid – 19, penggunaan android bagi anak-anak menjadi satu-satunya alat pendukung dalam sistem pengajaran saat ini.

Tak dipungkiri, bangsa ini adalah satu dari banyak negara yang terimbas langsung adanya penyebaran virus yang pertama kalinya muncul di Kota Wuhan, Cina itu. Segala kekuatan di negeri ini tercurah untuk melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pembatasan dan perlindungan diri melalui seruan Protokol Kesehatan dan Protokol Sosial.

Pandemi Covid-19 memukul telak seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa dan menembus batas sosial. Sifat virus ini, sangat berbahaya karena tidak mengenal usia, kasta dan budaya. Covid-19 seolah melenggang dan mengancam menulari setiap individu yang dinilai ceroboh dalam menjaga kesehatan dan aktifitas kesehariannya.

Fakta ini jelas menjadikan tatanan dan perilaku semua lini berubah drastis dari sebelumnya. Inilah mengapa, saat ini bangsa-bangsa dunia sedang mencurahkan seluruh energinya untuk upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Perubahan Pola Pengajaran Pendidikan Indonesia

Mencermati potensi penyebaran serta penularan Covid-19 adalah dengan berinteraksi langsung antara penderita dengan yang terancam tertular, menjadikan sebuah larangan untuk dilakukan pertemuan dengan melibatkan banyak orang.

Begitu juga dalam Pola Pendidikan, pada proses belajar di sekolah. Sekolah tidak lagi mampu melakukan metoda pembelajaran melalui Pola Tatap Muka.

Hal inilah memaksa, Pola Pengajaran menggunakan Sistem Daring. Penerapan sistem daring berbasis interaksi melalui jaringan komunikasi internet, menjadikan sebuah keniscayaan penggunaan pola tersebut adalah satu-satunya solusi.

Hal ini menjadikan sebuah keharusan orang tua untuk memberikan pelayanan dan memberikan keleluasaan anak –anak mereka untuk menggunakan android dalam rangka menunjang pola pendidikan di masa pandemic saat ini.

Ernawati (31), seorang Warga Desa Merakai, Desa Tirta Karya, mengaku tak kuasa harus merelakan telepon seluler jenis android kepada buah hatinya yang baru berusia sembilan tahun.

“Anak saya akhirnya bisa menggunakan android sekarang. Karena saya mau tidak mau harus mengajarinya, karena saya seorang ibu yang juga harus mengurus rumah tangga kami,” ungkap wanita yang sering akrab disapa dengan nama panggilan Erna ini.

Namun, ucap Erna, hambatan sering kali dialami saat menggunakan android untuk mengerjakan tugas-tugas di sekolah. Ketersediaan akses dan jaringan internet di wilayahnya, sangat lemah.

Untuk diketahui, Desa Tirta Karya dan Desa Wira Yuda adalah salah satu desa di Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, memiliki kondisi geografis yang belum terjangkau jaringan internet yang baik. Kecamatan Ketungau Tengah adalah Kawasan Perbatasan Negara Indonesia dengan Malaysia.

Sedangkan untuk menuju Desa Tirta Karya dan Desa Wira Yuda, dari Kota Sintang, harus menempuh perjalanan air, yaitu menggunakan perahu atau speed boat, dengan membutuhkan waktu 3, 5 jam lamanya.

Tidak saja hambatan akses internet, di Wilayah Ketungau Tengah, penggunaan listrik rumah tangga juga terbatas. Sebab, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Regional Sintang, belum bisa masuk dan beroperasi layaknya di kawasan perkotaan. Disana, listrik akan menyala dan berfungsi mulai pukul 17.00 WIB dan akan kembali padam keesokkan harinya pada pukul 06.00 WIB.

Kepala Kantor Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Sintang,  Alfriansyah Akbar, mengakui bahwa saat ini mesin PLN beroperasi hanya dua belas jam. Dan listrik menyala sekitar jam 17.00 WIB dan akan padam sekitar jam 06,00 WIB. Kondisi itu jika dalam keadaan normal, jika tidak ada gangguan mesin atau gangguan jaringan lainnya.

“Di beberapa daerah di Kecamatan Ketungau Tengah, itu biasa kami sebut lisdes. Memang kami akui jaringan listrik kami hanya berlaku dua belas jam sana. Tidak hanya di daerah Merakai saja, di beberapa daerah di Kecamatan Ketungau Tengah, yaitu daerah Jasa, Senaning, Tebidah dan Lebang juga mengalami hal yang sama, kami hanya bisa menyalakan listrik selama dua belas jam setiap harinya,” terang Afriansyah Akbar, saat dikonfirmasi Beritamerdekaonline.com, Senin (26/10/2020).

Foto : Masyarakat Kecamatan Ketungau Tengah menggunakan transportasi sungai untuk beraktifitas sehari – hari. (hery priyantono)

Dalam dunia pendidikan di masa pandemi, pola daring ini bisa berlaku di kawasan yang memiliki ketersedian akses dan jaringan seluler yang baik. Tentu saja, faktor pendukung lainnya adalah adanya layanan listrik yang prima.

Di Kabupaten Sintang tepatnya di Kecamatan Ketungau Tengah, hampir mayoritas di daerah tersebut sangat sulit mendapatkan layanan akses internet seperti yang dimiliki kawasan perkotaan lainnya.

Kepala Sekolah Taman Kanak – kanak (TK), Tunas Harapan Desa Wira Yuda, Mila Nurbaiti (35) mengaku bahwa pola pendidikan berbasis online seperti daring tidak bisa berjalan mulus di kawasan tersebut. Sehingga keberadaan Perpustakaan Apung itu sangatlah membantu dia yang juga pengajar, untuk memberikan dukungan agar memanfaatkan buku-buku yang tersedia di Perpustakaan Apung di Batas Negeri.

“Dengan membaca seperti itu, anak-anak akan memiliki tambahan pengetahuan yang luas. Mereka juga bisa saling bertemu walaupun tetap harus menerapkan protokol kesehatan dan sosial,” ujar Mila.

Program Perpustakaan Apung di Batas Negeri yang digagas oleh Komandan Distrik Militer (dandim) 1205/ Sintang, Letkol Inf Eko Bintara Saktiawan, adalah suatu terobosan untuk mengantisipasi adanya sumbatan sistem pendidikan di Kawasan Perbatasan Negara, yang dialami anak-anak serta pelajar di Kecamatan Ketungau Tengah.

Selain faktor akses darat yang sangat sulit dilewati, letak geografis di beberapa desa di kecamatan tersebut memang tidak terakses jaringan internet dengan baik.

Pada Hari Minggu, Tanggal 18 Oktober 2020 lalu, Eko Bintara Saktiawan, resmi melaunching Perpustakaan Apung di Batas Negeri. Kodim 1205/ Sintang untuk sementara melakukan Kegiatan Perpustakaan Apung itu di dua desa, yakni Desa Tirta Karya dan Desa Wira Yuda.

“Karena kami melakukan Giat TMMD Reguler 1205/ Sintang Tahun Anggaran 2020 dengan sasaran lokasinya adalah Desa Tirta Karya dan Desa Wira Yuda, oleh karenanya kami operasikan dahulu Perpustakaan Apung di Batas Negeri ini, di dua desa tersebut,” ucap Eko, usai meresmikan Perpustakaan Apung di Batas Negeri.

Ternyata antusiasme anak-anak serta pelajar di dua desa itu cukup lumayan. Anak-anak dan pelajar, dari jenjang pendidikan Pendidikan Usia Dini (PAUD, Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta beberapa pelajar Sekolah Menengah Atas/ Kejuruan (SMA – SMK), langsung menikmati buku-buku yang ada di dalam perahu yang didesain seperti perpustakaan dan dihias warna-warni itu.

“Kami sungguh terharu, anak-anak datang dengan didampingi orang tua mereka. Dan bahkan guru-guru serta kepala sekolah ikut hadir mendampingi mereka. Dan, anak-anak sangat antusias sekali,” ujarnya.

Pada bagian lain, Eko Bintara Saktiawan, mengungkapkan, bahwa sebagai Seorang Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap masa depan generasi bangsa. Sebagai seorang Prajurit TNI harus menggelorakan jiwa ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih-lebih generasi bangsa yang ada di Kawasan Perbatasan Negara Indonesia dengan Negara lain.

“Saya punya harapan dengan sudah dioperasikannya Perpustakaan Apung di Batas Negeri ini, anak-anak serta pelajar di Kawasan Perbatasan Negera di Wilayah Sintang, akan menumbuhkan minat baca serta gemar membaca dari mereka masih anak-anak. Dan mereka harus gemar membaca buku. Sebab buku adalah sumber dari segala sumber ilmu. Dengan minat membaca yang tinggi, diharapkan akan banyak ilmu pengetahuan yang mereka serap dan akan menambah intelektual serta muncul nasionalisme yang kuat dalam jiwa generasi muda di batas negeri,” urai pria asal Kota Malang, Jawa Timur ini.

Diara (32), seorang wanita asal Desa Wira Yuda, mengaku terbantu untuk mengajarkan anaknya yang bernama Idan (7), untuk membaca buku. Selain  saat ini pola pendidikan jarang dilaksanakan dengan tatap muka, dirinya juga mengaku tidak memiliki buku untuk jenjang belajar membaca seusia anaknya.

“Saya sangat terbantu dengan adanya perpustakaan apung ini. Anak saya juga senang. Meminjamkan buku dan membaca ramai-ramai dengan teman-teman lainnya disini,” ucap Diara, saat menemani anaknya membaca di Dermaga Gemar Membaca Wira Yuda, Minggu (18/10/2020) lalu.

Foto : Anak – anak di Kawasan Perbatasan Negara, sangat menyukai buku – buku yang tersedia di Perpustakaan Apung di Batas Negeri. (hery priyantono)

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemkab Sintang, Iwan Setiadi, SE, MSi, mengaku sangat terbantu dengan adanya Program Perpustakaan Apung di Batas Negeri yang digagas oleh Dandim Sintang, Letkol Inf. Eko Bintara Saktiawan.

“Saat ini kami juga memiliki program literasi yang sedang kami jalankan. Diantaranya adalah Sahabat Library Networking, dan juga trailisasi, yaitu perpustakaan menggunakan sepeda motor trail dengan seorang petugas yang masuk ke desa-desa di pedalaman,” kata Iwan.

Iwan menyebut, ada lima kecamatan yang memang sungai menjadi transportasi uatama warganya dalam menjalankan aktivitas keseharaian. Lima kecamatan tersebut adalah Ketungau Hulu, Ketungau Tengah dan Ketungau Hilir. Kemudian dua kecamatan lagi, yakni Kecamatan Ambalau dan Kecamatan Serawai.

“Dengan luncuran perpustakaan apung itu, sangat tepat dengan melihat medan di wilayah kami. Selain di Kawasan Perbatasan Negara, lima kecamatan itu, akses utamanya adalah melalui jalur sungai. Perpustakaan Apung di Batas Negeri, adalah jawaban untuk kami menggeliatkan kembali kepada generasi muda dan anak-anak tentang minat membaca dan gemar membaca,” paparnya,  Senin (26/10/2020) kemarin.

Terpisah, Sekretaris Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Melkianus, saat dihubungi melalui sambungan telepon seluler mengungkapkan, apresiasinya atas gagasan dan telah diresmikannya Program Perpustakaan Apung di Batas Negeri Kodim 1205/ Sintang itu.

“Kami sangat senang dengan Program Perpustakaan Apung di Batas Negeri Kodim 1205 Sintang. Saya beraharap ini terus dilaksanakan secara rutin. Kami akan mendorong bersama Pemkab Sintang agar kegiatan ini terus dikembangkan,” ucap Melkianus, Senin (26/10/2020).

Pejabat (PJ) Bupati Sintang, Florentinus Anum, kepada media ini, melalui sambungan seluler, mengungkapkan hal yang sama. Dia atas nama jajaran Pemkab Sintang mengucapkan terima kasih atas diresmikannya Kegiatan Perpustakaan Apung di Batas Negeri oleh Dandim 1205/ Sintang.

“Ini sunggu luar biasa, ini program menembus batas, namanya. Memang perlu bagi anak-anak kami, pelajar dan bahkan masyarakat umum lainnya, dimunculkan lagi budaya minat baca dan gemar membaca. Kalau perlu nanti kita lengkapi dengan buku-buku terbaru yang bisa menambah wawasan generasi di perbatasan,” terang Florentinus Anum.

Ditambahkan Florentinus, bahwa mayoritas desa-desa di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Sintang, dilalui sungai. Sehingga sangat cocok Program Perpustakaan Apung di Batas Negeri dioperasikan di Kalimantan Barat ini.

Dukungan adanya Perpustakaan Apung di Batas Negeri, dapat menggugah semangat semua komponen untuk kembali menggelorakan budaya membaca di kalangan generasi muda saat ini. Banyak pihak berharap, program ini, terus berjalan dan berkembang dan dapat menjangkau di kawasan pedesaan yang berbatas langsung dengan sungai di Kabupaten Sintang.  (R.Hery Priyantono)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by ExactMetrics