×
Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by whitelisting our website.

‎Dampak Psikologis Pinjol Perspektif Ruhiologi Jadi Wacana Baru di Webinar Nasional MUI Provinsi Jambi ‎

Dampak Psikologis Pinjol Perspektif Ruhiologi Jadi Wacana Baru di Webinar Nasional MUI Provinsi Jambi.

‎Jambi, Beritamerdekaonline.com — Komisi Pemberdayaan Perempuan, Remaja, dan Keluarga (PRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jambi menyelenggarakan Webinar Nasional bertajuk “Problematika Pinjaman Online dari Berbagai Perspektif” pada Kamis (29/5). Kegiatan ini menarik perhatian lebih dari 300 peserta yang berasal dari kalangan ulama, akademisi, guru, mahasiswa, hingga aktivis perempuan.

Dampak Psikologis Pinjol Perspektif Ruhiologi Jadi Wacana Baru di Webinar Nasional MUI Provinsi Jambi.


‎Webinar ini dibuka secara resmi oleh Ketua PRK MUI Provinsi Jambi, Prof. Dr. Maisah, M.Pd.I, yang menegaskan bahwa persoalan pinjaman online (pinjol) tidak hanya harus dilihat dari sisi hukum dan ekonomi, melainkan juga sisi terdalam manusia: spiritual dan psikologis.

‎“Kami melihat bahwa isu pinjol tidak cukup disikapi secara hukum dan ekonomi. Ia menyentuh wilayah terdalam: jiwa. Maka kami angkat tema ini dengan pendekatan multidisipliner,” ujar Prof. Maisah dalam sambutannya.

‎Acara ini menghadirkan tiga narasumber utama dari bidang psikologi pendidikan, hukum Islam, dan pendidikan Islam, yang masing-masing memberikan sudut pandang berbeda namun saling melengkapi.

‎Salah satu fokus utama dalam webinar ini adalah pendekatan ruhiologi, sebuah konsep baru yang digagas oleh Prof. Iskandar Nazari, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D, Guru Besar Psikologi Pendidikan UIN STS Jambi. Dalam pemaparannya yang berjudul “Dampak Psikologis Pinjaman Online dari Perspektif Ruhiologi”, Prof. Iskandar menyampaikan bahwa fenomena pinjol merupakan gejala dari krisis multidimensi dalam masyarakat.

‎“Kita tidak sedang hanya menghadapi masalah keuangan, tapi krisis spiritual modern. Pinjol hanyalah ekspresi dari kekosongan jiwa. Karena itu, solusinya bukan semata regulasi, melainkan restorasi ruhani melalui peningkatan Ruhiology Quotient (RQ): kecerdasan ruhani dalam mengelola hidup dan dorongan nafsu,” jelasnya.

‎Ruhiologi, menurut Prof. Iskandar, merupakan ilmu yang menggali dinamika terdalam jiwa manusia yang terhubung dengan nilai-nilai ilahiyah. Ia melihat bahwa krisis pinjol mengandung tiga lapisan krisis: krisis nilai, krisis kendali diri, dan krisis makna hidup. Oleh karena itu, pemulihan masyarakat tidak cukup dengan literasi keuangan semata, melainkan juga dengan memperkuat akar spiritual melalui pendidikan ruhani.

‎“Generasi digital hari ini hidup dalam dunia serba instan, namun kehilangan arah dan makna. Kita butuh lebih dari sekadar IQ, EQ, dan SQ. Kita butuh RQ — kecerdasan yang membimbing perilaku berdasarkan kesadaran ruhani,” tegasnya.

‎Narasumber kedua, Prof. Dr. Rukmina Gonibala-Manoppo, M.Si., Guru Besar IAIN Manado, mengulas persoalan pinjol dari sisi hukum Islam. Ia menyampaikan bahwa banyak praktik pinjaman online mengandung unsur riba, eksploitasi, dan ketidakadilan, yang semuanya bertentangan dengan prinsip syariah.

‎“Dalam Islam, utang harus membawa keberkahan, bukan penderitaan. Kita perlu pendekatan fikih yang melindungi masyarakat dari jerat utang yang mencekik dan memiskinkan secara struktural,” ujarnya. Ia juga mendorong peran aktif ulama dan institusi keagamaan untuk memberikan edukasi literasi hukum ekonomi syariah kepada masyarakat awam.

‎Sementara itu, Fikri Hifasoh, Lc., M.Pd., mahasiswa doktoral Manajemen Pendidikan Islam UIN STS Jambi yang menjadi narasumber ketiga, menekankan pentingnya peran pendidikan Islam dalam membentuk karakter dan kesadaran finansial anak-anak sejak dini.

‎“Sekolah dan keluarga harus membangun narasi hidup yang bermakna. Jangan hanya mendidik anak untuk mengejar gaya hidup, tetapi membekali mereka dengan nilai-nilai keberkahan, kesederhanaan, dan tanggung jawab,” jelasnya.

‎Webinar ini menjadi momentum penting untuk memperkenalkan ruhiologi sebagai pendekatan baru dalam memahami dan menangani problematika sosial modern, terutama yang berkaitan dengan dampak psikologis dari tekanan ekonomi.

‎Para peserta yang hadir memberikan respons positif dan berharap agar pendekatan ini dapat diterapkan dalam program pendidikan, konseling, hingga kebijakan pemberdayaan masyarakat.

‎“Ini bukan hanya diskusi akademik. Ini adalah ajakan untuk membangun manusia yang tangguh secara ruhani, bijak secara finansial, dan damai secara batin di tengah dunia yang terus berlari,” pungkas Prof. Iskandar.

‎Dengan mengedepankan perspektif ruhani dan multidisipliner, MUI Provinsi Jambi menunjukkan bahwa krisis pinjol bukan semata soal utang, melainkan soal kehilangan arah hidup. Pendekatan ruhiologi kini menjadi wacana baru yang potensial dalam ranah pendidikan dan pembangunan karakter bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *