×
Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by whitelisting our website.

Dunia di Ambang Perang Dunia Ketiga

Ketegangan geopolitik global memperbesar risiko konflik skala dunia. Di mana posisi Indonesia?

Asap membumbung di wilayah perang, simbol ancaman konflik global.
Foto Ist: Dokumentasi Internasional – Reuters/AP. Asap membumbung di wilayah perang, simbol ancaman konflik global.

Bayang-bayang Perang Dunia Ketiga kini bukan sekadar narasi fiksi atau isu konspiratif. Di tengah ketegangan geopolitik global, kekhawatiran akan pecahnya konflik skala besar kembali mengemuka. Dunia menyaksikan serangkaian insiden militer dan eskalasi diplomatik yang mengancam perdamaian internasional secara nyata.

Perang antara Rusia dan Ukraina yang tak kunjung usai telah menjadi pemantik ketegangan global, di mana keterlibatan negara-negara NATO memperkeruh keadaan. Di Asia Timur, Tiongkok dan Taiwan berada di ujung tanduk, sementara Amerika Serikat terus mengukuhkan kekuatan militernya di kawasan Indo-Pasifik. Di Timur Tengah, ketegangan antara Iran, Israel, dan kelompok-kelompok bersenjata regional terus memanas. Semua ini memperlihatkan bahwa dunia sedang berdiri di tepi jurang konflik besar yang dapat melibatkan banyak negara.

Tak seperti Perang Dunia I dan II, konflik global masa kini tidak hanya berupa pertempuran senjata konvensional. Perang siber, sabotase infrastruktur, blokade ekonomi, bahkan penyebaran informasi palsu telah menjadi senjata baru yang tak kalah mematikan. Dunia kini menghadapi bentuk perang hibrida, di mana batas antara militer dan sipil, antara realita dan propaganda, makin kabur.

Sayangnya, lembaga-lembaga internasional seperti PBB tampak lemah menghadapi krisis ini. Ketika negara-negara adidaya saling bertikai, prinsip-prinsip hukum internasional menjadi tidak efektif. Resolusi damai gagal diterapkan. Diplomasi pun dibayangi ancaman dan tekanan politik yang menindas negara-negara kecil.

Di tengah ancaman ini, Indonesia sebagai negara nonblok dan pemegang semangat Konferensi Asia Afrika, memiliki posisi strategis untuk memainkan peran damai. Indonesia tidak boleh menjadi penonton pasif. Lewat jalur diplomasi, kita bisa menjadi penengah, mengajak negara-negara berkembang lainnya untuk memperkuat solidaritas global, mencegah meluasnya konflik, dan menegakkan perdamaian.

Perang Dunia Ketiga bukan hanya ancaman militer. Ia akan menghancurkan ekonomi global, memperparah krisis pangan, memperburuk bencana iklim, dan menelan jutaan korban jiwa. Kita harus belajar dari sejarah: tidak ada pemenang dalam perang dunia. Hanya penderitaan, kehancuran, dan trauma generasi.

Mencegah lebih baik daripada menyesal. Dunia harus memilih diplomasi daripada dominasi. Indonesia harus bersikap, bersuara, dan bertindak. Karena ketika bom pertama meledak, saat itulah dunia kehilangan akal sehatnya.

Redaksi Berita Merdeka Online

Asap membumbung di wilayah perang, simbol ancaman konflik global.
Foto Ist: Dokumentasi Internasional – Reuters/AP. Asap membumbung di wilayah perang, simbol ancaman konflik global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *