×
Our website is made possible by displaying online advertisements to our visitors. Please consider supporting us by whitelisting our website.

Warga Dewi Sartika Timur Semarang Bantah Isu Penganiayaan dan Perusakan di Rumah Dias Kuswoyo

Warga Dewi Sartika Timur RT 12 RW 5 berfoto di bawah spanduk penolakan terhadap Dias Kuswoyo

SEMARANG, Berita Merdeka Online – Warga Jalan Dewi Sartika Timur RT 12 RW 05 Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, membantah tegas tudingan adanya aksi penganiayaan dan perusakan yang dikabarkan terjadi di rumah Dias Kuswoyo yang ada di wilayah tersebut.

Bantahan ini disampaikan menyusul munculnya pernyataan Dias Kuswoyo melalui pemberitaan sejumlah media online beberapa waktu lalu.

Pernyataan sikap warga disampaikan oleh Agung Pramasto, yang akrab disapa Bajang, saat ditemui bersama sejumlah warga lainnya pada Senin (9/6/2025).

Ia menegaskan bahwa tidak pernah terjadi pengeroyokan ataupun penganiayaan sebagaimana yang dilaporkan Dias Kuswoyo ke pihak berwajib.

“Kalau dalam pelaporannya pak Dias ada penganiayaan di wilayah RT kami, itu tidak ada sama sekali, karena apa, semua itu sudah ada buktinya dan sudah ada saksi-saksi yang melihat di lokasi,” ujar Bajang.

Menurutnya, insiden yang terjadi pada 25 Mei lalu hanyalah cekcok mulut antara warga dengan keluarga Dias.

Saat itu, warga hanya ingin melakukan klarifikasi terkait ketidakharmonisan hubungan sosial yang telah lama terjadi, namun mendapat respons kurang baik dari pihak Dias.

“Tujuannya warga mau klarifikasi, hanya mereka bahasanya yang tidak-tidak, jadi warga akhirnya tidak terima karena warga sudah disangkut pautkan dilaporkan ke kepolisian mencemarkan nama baik warga,” ungkapnya.

Terkait tudingan perusakan, Bajang juga membantah keras adanya aksi merusak properti.

“Tidak ada perusakan gembok, tidak ada perusakan CCTV. Semuanya masih utuh. Silakan dicek langsung ke lokasi kalau tidak percaya,” katanya.

Bajang mengungkapkan bahwa warga selama ini telah bersikap sabar, meskipun merasa kecewa karena keluarga Dias dinilai tidak aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

“Contohnya seperti ada pertemuan arisan, ada kerja bakti, dan segala macam yang digerakkan di organisasi di RT 12 mereka tidak mengikuti,” ujarnya.

Sebagai bentuk kekecewaan, warga bahkan memasang spanduk penolakan terhadap keberadaan keluarga Dias di lingkungan tersebut.

Langkah itu diambil demi menjaga ketenteraman dan keharmonisan warga yang selama ini telah terjaga dengan baik.

“Ini tuntutan warga ya, tolong ini diperhatikan dari Pak Dias supaya mendengarkan hal seperti ini. Karena warga ini sudah tidak ada, istilahnya untuk mengusik lagi itu sebenarnya sudah tidak ada, karena mereka sudah tidak di sini permasalahan sudah kelar, berhubung ini masih ada kayak gini terus warga semakin panas dan apa maunya dia,” ucap Bajang.

Warga Dewi Sartika Timur RT 12 RW 5 saat memberikan keterangan kepada wartawan

Hal yang sama juga disampaikan oleh Sigit P, Ketua RT 12 RW 05 Kelurahan Sukorejo, didampingi oleh beberapa warga yang hadir di Mushola kampung, kepada wartawan pada Kamis malam (5/6) lalu.

“Sebagai Ketua RT, saya menyatakan bahwa penganiayaan dan perusakan, seperti disampaikan Dias Kuswoyo di beberapa media online itu tidak benar. Karena memang tidak ada kejadian seperti itu pada hari Minggu malam (25/5),” jelasnya tegas.

Warga lainnya, Hariyono (43), mantan RT 12 RW 05, yang biasa disapa Koko dan Wardaya (42) serta beberapa warga, juga menerangkan hal serupa.

“Jadi begini ceritanya. Sekitar dua tahun lalu, saat Saya masih menjadi Ketua RT 12 RW 05, Dias dan keluarganya itu menempati rumah yang ada di wilayah RT ini tidak ijin atau kulonuwun (permisi= bahasa Jawa). Maksudnya, saat itu tidak mau datang dengan menyerahkan berkas dokumen, seperti KTP dan KK, seperti layaknya orang yang tinggal di lingkungan masyarakat pada umumnya. Malah titip atau menyuruh orang lain, ya tidak Saya terima. Kita kan hidup bermasyarakat, kok seperti itu sikapnya,” jelas Koko.

Selain itu, lanjutnya, Dias Kuswoyo juga sering kali bertindak arogan kepada warga, dengan mengatasnamakan keanggotaannya di PDI Perjuangan, sering membuat laporan-laporan palsu ke lembaga kepolisian, seperti adanya penganiayaan, pesta miras dan beberapa tindakan kriminal di lingkungan RT 12 RW 05, sehingga menyebabkan pihak kepolisian beberapa kali mendatangi dan menyebabkan para warga tidak nyaman.

“Seperti contoh tahun kemarin saat Idul Adha, kita kumpul-kumpul bakar-bakaran sate. Tahu-tahu kok ada Tim Elang datang, karena ada laporan anaknya Dias dikeroyok. Ketika Tim Elang Saya tanya, ternyata datang dijemput oleh Dias dan saat itu Pak Polisi dari Tim Elang menyatakan kalau laporannya palsu. Lalu ada juga laporan adanya pesta miras, padahal itu tidak ada. Saya juga dilaporkan ikut pesta miras, padahal saat itu Saya masih di warung jualan. Wong Saya merokok saja tidak kok pesta miras,” ungkap Koko. (lim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *