Andre Rosiade, Energi Baru Percepatan Pembangunan Kabupaten Solok
Oleh : Nazwirman Koto
Arosuka, berita merdeka online – Dalam dinamika pembangunan daerah, peran wakil rakyat di tingkat pusat sering kali menjadi pembeda antara percepatan dan stagnasi. Di tengah kompleksitas birokrasi dan keterbatasan fiskal daerah, sosok legislator yang aktif menjembatani kepentingan rakyat dan kebijakan nasional menjadi aset yang tidak ternilai. Dalam konteks ini, langkah proaktif Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade, dalam mendorong percepatan pembangunan di Kabupaten Solok layak diapresiasi dan dikritisi secara konstruktif.
Bukan hal baru bahwa Kabupaten Solok menyimpan potensi besar, dari pertanian, pariwisata, hingga sumber daya manusia. Namun, realisasi potensi itu membutuhkan dukungan lintas lembaga, terutama dalam akses ke program strategis nasional. Kunjungan kerja Andre Rosiade bersama Bupati Jon Firman Pandu dan Wakil Bupati H. Camdra (7/10) menunjukkan bagaimana kolaborasi antara pusat dan daerah bisa berjalan konkret. Tidak sekadar seremonial, kegiatan tersebut melibatkan peninjauan langsung ke RSUD Arosuka, Dapur SPPG Batang Barus, hingga pembangunan Jalan Nasional Air Dingin.
Tindakan semacam ini penting, karena mempertemukan langsung masalah di lapangan dengan pengambil kebijakan yang memiliki kewenangan mempercepat solusi.
Andre Rosiade tidak hanya datang membawa janji, tetapi juga menawarkan jalur birokrasi yang lebih efisien, termasuk upaya mempercepat hibah lahan dari Kementerian Pertanian untuk perluasan RSUD Arosuka.
Salah satu nilai penting dari pendekatan Andre Rosiade adalah semangat politik kolaboratif. Ia memilih bekerja bersama kepala daerah tanpa sekat partai atau kepentingan pribadi. Di era politik yang sering kali terpolarisasi, langkah ini menjadi contoh bagaimana kekuasaan seharusnya digunakan untuk memperkuat pembangunan, bukan memperlebar perbedaan.
Andre Rosiade, Energi Baru Percepatan Pembangunan Kabupaten Solok
Kerja sama semacam ini menciptakan efek domino positif: pembangunan infrastruktur jalan nasional mendapat dukungan anggaran pusat, sektor kesehatan diperkuat melalui fasilitas RSUD yang representatif, dan ketahanan pangan lokal tumbuh melalui program SPPG yang melibatkan masyarakat.
Dengan pola demikian, Kabupaten Solok berpotensi menjadi model kolaborasi pembangunan di Sumatera Barat, sebuah “laboratorium kerja nyata” yang menekankan integrasi antara politik aspiratif dan implementatif.
Namun, dalam euforia dukungan pusat terhadap daerah, penting pula menjaga prinsip akuntabilitas dan keberlanjutan. Bantuan pusat bukan sekadar proyek jangka pendek yang berhenti pada peresmian, melainkan harus terukur dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat. Kehadiran Andre Rosiade sebaiknya juga menjadi momentum bagi Pemerintah Kabupaten Solok untuk memperkuat tata kelola pembangunan, memastikan setiap proyek memiliki value for money, serta menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan publik.
Dengan demikian, kolaborasi ini tidak hanya mempercepat pembangunan fisik, tetapi juga memperkuat institusi daerah dalam tata kelola yang transparan dan profesional.
Andre Rosiade adalah contoh legislator yang menghidupkan kembali makna “wakil rakyat”. Ia memahami bahwa mandat rakyat tidak berhenti di ruang sidang DPR, melainkan harus berdenyut di lapangan, di tengah masyarakat yang menunggu perubahan. Langkahnya mendukung percepatan pembangunan Solok adalah sinyal positif bahwa politik bisa berwajah produktif dan empatik.
Bila sinergi semacam ini terus berlanjut, maka Solok tidak hanya akan dikenal sebagai daerah berhawa sejuk dan kaya potensi alam, tetapi juga sebagai kabupaten yang berhasil membangun dengan semangat kolaborasi dan komitmen nyata.
Di tengah tuntutan pembangunan yang semakin kompleks, Indonesia membutuhkan lebih banyak figur seperti Andre Rosiade, pemimpin yang tidak hanya bicara program, tetapi juga bergerak cepat mewujudkannya. Kabupaten Solok kini berada di jalur percepatan. Tantangannya adalah menjaga konsistensi dan kesinambungan, agar energi positif ini tidak hanya jadi wacana sesaat, tetapi benar-benar mengubah wajah pembangunan di Ranah Minang. (Nz. Koto)
Tinggalkan Balasan