Bengkulu, BM – Beberapa kali gempa yang dirasakan oleh masyarakat Bengkulu bersumber dari gempa laut atau pergeseran antara lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia, terang Kepala Kantor SAR Bengkulu Agolo Suparto, S.Sos, Selasa pagi (27/06/2017) di kabin Kapal SAR Bengkulu.
Berdasarkan kajian studi yang diperolehnya, Bengkulu memiliki dua sumber gempa, yaitu gempa laut dan di tengah pulau (sesar semangko/sesar sumatera yang berada di perbukitan).
“Sumbernya (gempa) ada di Pulau Siberut, Padang, Sumatera Barat,” ujarnya didampingi Kapten Kapal SAR Bengkulu Zainal.
Dari tiga lempeng laut yang ada di barat Kota Padang yaitu, Siberut, Sipora, dan Pagai, hanya Siberut yang masih belum patah.
“Bila lempeng Siberut patah bisa menimbulkan gempa berkekuatan 8.0 SR. Namun, (Magnitute) telah di cicil oleh gempa-gempa kecil yang sering terjadi di Provinsi Bengkulu,” sampainya.
Bengkulu memiliki potensi gempa bumi yang tinggi. Selain gempa laut juga ada patahan semangko yang terakhir kali menggoyang Bengkulu pada tahun 2007 lalu.
“Berdasarkan sejarah, siklus gempa bumi berulang dalam kurun waktu 7 tahun. Ini berarti sudah lebih dari tiga tahun gempa dari patahan semangko (belum mengeluarkan energi, red),” ujarnya.
Mengantisipasi hal itu, pihaknya meminta peranan aktif semua stakeholder, termasuk dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk bersinergi melakukan sosialisasi kebencanaan agar masyarakat mengetahui bagaimana bila terjadi gempa nantinya.
Agolo menambahkan, sebelum gempa terjadi biasanya alam memberikan tanda. “Bila diperhatikan seksama, biasanya air sumur-sumur kita mengeluarkan aroma seperti bau yang menyengat. Itu menandakan ada belerang dan ada pergerakan di perut bumi,” tutupnya. (azm)